Kelapangan Hati
Pada masa Dinasti Song terdapatlah seorang yang
bernama Peng Si-yong, ketika masih kecil, suatu pagi ketika hendak berangkat ke
sekolah, dia menemukan sebuah kalung emas di luar pintu, lalu dia duduk di sana
sambil menunggu, tidak berapa lama kemudian pemilik kalung muncul dan
mendatanginya, setelah bertanya sejenak kepada pemilik kalung untuk memastikan
bahwa kalung emas itu benar-benar adalah miliknya, Peng Si-yong lalu
mengembalikan kalung emas tersebut kepada pemiliknya.
Pemilik kalung hendak memberi uang kepada Peng
Si-yong sebagai ungkapan terima kasih, Peng Si-yong tertawa sambil berkata : “
Jika di hatiku masih suka pada uang, maka saya akan menyembunyikan kalung emas
tersebut dan takkan mengembalikannya padamu”.
Ketika Peng Si-yong mengikuti ujian di ibukota, dia
membawa beberapa buah kalung emas untuk biaya perjalanannya. Teman-teman yang satu
perjalanan dengannya datang mengunjunginya, lalu mengambil kalung-kalung emas
dari tangannya dan dijadikan mainan.
Salah satu dari mereka (kita beri nama A) secara
diam-diam memasukkan sebuah kalung emas ke dalam lengan bajunya, sehingga semua
orang jadi sibuk membantu mencarinya. Tetapi kemudian Peng Si-yong berkata : “Kalung
emasku jumlahnya memang sebegitu saja, tidak ada yang kurang”.
Ketika mereka hendak berpamitan, saat mengangkat
tangan untuk memberi salam (yakni
membulatkan kedua kepalan tangan sambil membungkuk), kalung emas yang hilang
itu keluar dari lengan baju A dan jatuh ke lantai, sehingga membuat orang lain
salut pada kelapangan hati Peng Si-yong.