Legenda Asal Usul
Festival Perahu Naga
Mengenang Qu Yuan
(340-278 SM)
Menurut Catatan Sejarah yang disusun oleh Sima Qian,
tercantum bahwa Qu Yuan merupakah tokoh yang hidup pada Periode Semi dan Gugur,
pejabat dari Raja Chu Huai (berkuasa dari 208-205 SM). Qu Yuan amat berbakat,
memakmurkan negara dan memperkuat pasukan prajurit, mendukung dan bekerjasama
dengan Kerajaan Qi untuk melawan Kerajaan Qin, sehingga mengundang banyak
perlawanan dari kaum bangsawan, akhirnya dia harus diusir dari ibukota dan
dibuang ke pengasingan yakni Sungai Yuan di Guizhou dan Hunan.
Ketika berada di pengasingan, dia menulis berbagai
puisi yang berisi kekhawatirannya pada negara dan rakyat, gaya bahasanya yang
istimewa telah mempengaruhi generasi demi generasi. Pada tahun 278 SM, prajurit
Qin berhasil menduduki ibukota Kerajaan Chu. Qu Yuan yang melihat dengan mata
dan kepala sendiri bagaimana tanah leluhurnya dijajah, hatinya pedih bagaikan
disayat pisau, namun dia tetap harus kehilangan tanah leluhurnya.
Pada lunar bulan 5 hari ke-5, setelah selesai
menyelesaikan karya tulis terakhirnya yang berjudul “Huai Sha”, dengan
menggendong batu besar dia melompat ke dalam Sungai Miluo, dengan nyawanya
sendiri menggoreskan sebait puisi agung patriotisme.
Menurut legenda, setelah meninggalnya Qu Yuan,
rakyat Negeri Chu amat berduka, mereka berbondong-bondong datang ke Sungai
Miluo untuk menyembahyangi Qu Yuan. Para nelayan segera mendayung perahu
masing-masing untuk mencari jasad Qu Yuan. Ada seorang nelayan yang membawa
bola nasi, telur dan sebagainya kemudian dilempar ke dalam sungai, katanya
supaya ikan, udang dan kepiting dapat menyantap makanan tersebut hingga
kenyang, dengan demikian takkan menggigit jasad Qu Yuan. Orang lain yang
melihatnya juga mengikuti tindakannya.
Bahkan ada seorang tabib yang membawa arak dan
menuangkannya ke dalam sungai, katanya supaya ikan, udang dan kepiting jadi
mabuk sehingga tidak bisa melukai jasad Qu Yuan.
Di kemudian hari, oleh karena takut bola nasi jadi
makanan ikan dan udang, maka penduduk membungkus nasi dengan daun, lalu diikat
dengan benang dan berkembang menjadi bakcang. Kemudian tradisi ini berkembang
pada setiap tahun bulan 5 hari ke-5 akan ada lomba perahu naga, makan bakcang,
untuk mengenang seorang pujangga cinta negara, Qu Yuan.
源于纪念屈原
据《史记》“屈原贾生列传”记载,屈原,是春秋时期楚怀王的大臣。他倡导举贤授能,富国强兵,力主联齐抗秦,遭到贵族子兰等人的强烈反对,屈原遭馋去职,被赶出都城,流放到沅、湘流域。他在流放中,写下了忧国忧民的《离骚》、《天问》、《九歌》等不朽诗篇,独具风貌,影响深远(因而,端午节也称诗人节)。公元前278年,秦军攻破楚国京都。屈原眼看自己的祖国被侵略,心如刀割,但是始终不忍舍弃自己的祖国,于五月五日,在写下了绝笔作《怀沙》之后,抱石投汨罗江身死,以自己的生命谱写了一曲壮丽的爱国主义乐章。
传说屈原死后,楚国百姓哀痛异常,纷纷涌到汨罗江边去凭吊屈原。渔夫们划起船只,在江上来回打捞他的真身。有位渔夫拿出为屈原准备的饭团、鸡蛋等食物,“扑通、扑通”地丢进江里,说是让鱼龙虾蟹吃饱了,就不会去咬屈大夫的身体了。人们见后纷纷仿效。一位老医师则拿来一坛雄黄酒倒进江里,说是要药晕蛟龙水兽,以免伤害屈大夫。后来为怕饭团为蛟龙所食,人们想出用楝树叶包饭,外缠彩丝,发展成棕子。
以后,在每年的五月初五,就有了龙舟竞渡、吃粽子、喝雄黄酒的风俗;以此来纪念爱国诗人屈原。
据《史记》“屈原贾生列传”记载,屈原,是春秋时期楚怀王的大臣。他倡导举贤授能,富国强兵,力主联齐抗秦,遭到贵族子兰等人的强烈反对,屈原遭馋去职,被赶出都城,流放到沅、湘流域。他在流放中,写下了忧国忧民的《离骚》、《天问》、《九歌》等不朽诗篇,独具风貌,影响深远(因而,端午节也称诗人节)。公元前278年,秦军攻破楚国京都。屈原眼看自己的祖国被侵略,心如刀割,但是始终不忍舍弃自己的祖国,于五月五日,在写下了绝笔作《怀沙》之后,抱石投汨罗江身死,以自己的生命谱写了一曲壮丽的爱国主义乐章。
传说屈原死后,楚国百姓哀痛异常,纷纷涌到汨罗江边去凭吊屈原。渔夫们划起船只,在江上来回打捞他的真身。有位渔夫拿出为屈原准备的饭团、鸡蛋等食物,“扑通、扑通”地丢进江里,说是让鱼龙虾蟹吃饱了,就不会去咬屈大夫的身体了。人们见后纷纷仿效。一位老医师则拿来一坛雄黄酒倒进江里,说是要药晕蛟龙水兽,以免伤害屈大夫。后来为怕饭团为蛟龙所食,人们想出用楝树叶包饭,外缠彩丝,发展成棕子。
以后,在每年的五月初五,就有了龙舟竞渡、吃粽子、喝雄黄酒的风俗;以此来纪念爱国诗人屈原。