Thursday, 10 December 2015

Asal Usul Menempel Aksara HOK


Legenda dan Asal Usul Menempel Aksara “HOK” Pada Perayaan Imlek

Festival Imlek yang penuh dengan warna merah, takkan kekurangan aksara “HOK”, setiap keluarga akan menempel aksara “HOK”, berharap agar tahun yang baru dapat mendatangkan keberuntungan berlimpah ruah.

Menurut legenda, tradisi menempel aksara “HOK” pada perayaan Imlek, bermula pada awal masa Dinasti Zhou, ada seorang yang bernama Jiang Ziya (Jiang Tai-gong), melantik malaikat, ketika para malaikat telah memiliki jabatan masing-masing, istri Jiang Ziya yang buruk rupa dan kasar, juga menjulurkan tangan meminta jabatan malaikat. 

Jiang Ziya jadi tak berdaya, kemudian melantiknya menjadi “malaikat miskin”, bahkan menetapkan peraturan baginya, setiap tempat yang ada menempel aksara “HOK”, dia tidak boleh ke sana. Maka itu setiap menjelang perayaan Imlek, penduduk akan menempel aksara HOK di rumah masing-masing untuk mengusir “malaikat miskin” ini.


Lalu ada pula yang menempel aksara HOK secara terbalik, konon kisah ini berkaitan dengan Zhu Yuan-zhang (kaisar pertama dari Dinasti Ming), hendak menggunakan aksara HOK sebagai tanda rahasia untuk membunuh orang. Ratu Ma yang baik hati, demi melenyapkan petaka ini, memerintahkan seluruh penduduk supaya sebelum hari esok tiba, di pintu rumah masing-masing ditempeli aksara “HOK”.

Esok harinya ketika Zhu Yuan-zhang menurunkan titah, menemukan bahwa semua rumah penduduk ditempeli aksara “HOK”, sehingga tidak berdaya membunuh orang yang dimaksud. 

Tetapi ada sebuah keluarga yang tidak mengenal huruf, sehingga menempel aksara HOK secara terbalik. Zhu Yuan-zhang segera menurunkan titah membunuh seluruh anggota keluarga yang menempel aksara HOK secara terbalik. 

Ratu Ma yang mengetahui hal ini segera berkata pada kaisar : “Rakyat mengetahui kaisar akan berkunjung hari ini, sehingga sengaja menempel aksara HOK secara terbalik, bukankah ini berarti “berkah jatuh ke bumi”?

Setelah Zhu Yuan-zhang mendengarnya, merasa masuk akal, sehingga menurunkan titah untuk membebaskan keluarga tersebut, satu petaka besar akhirnya jadi lenyap. Sejak itu penduduk menempel aksara “HOK” dengan terbalik, selain untuk memohon kesejahteraan, juga demi mengenang Ratu Ma.


Legenda kedua berhubungan dengan Gong Qingwang (gelar Pangeran pada masa Dinasti Qing), ketika malam Imlek tiba, pengurus istana Pangeran seperti biasanya akan menulis beberapa lembar aksara HOK yang besar, lalu menyuruh para pelayan untuk menempelnya di depan pintu istana Pangeran. 

Tetapi salah satu pelayan tua yang buta aksara, menempel aksara HOK dengan terbalik. Mengetahui hal ini Pangeran amat marah, hendak memberi hukuman pada si pelayan tua itu.

Pengurus istana Pangeran yang melihat hal ini, cepat-cepat berkata : “Hamba selalu mendengar kata orang bahwa Pangeran panjang umur dan berkahnya besar, ternyata hari ini benar-benar kejatuhan berkah tersebut, ini benar-benar tanda baik yang perlu dirayakan”.

Mendengar ucapan ini, Pangeran merasa masuk akal, dalam hatinya berpikir : Pantas saja rekan-rekan berkata bahwa Pangeran benar-benar kejatuhan berkah, ucapan yang begitu sejahtera ini sampai diulangi ribuan kali, emas perak bertambah berlimpah ruah. 

Amarah Pangeran kini berubah jadi kegembiraan, bahkan memberi hadiah pada pengurus istana dan pelayan tua masing-masing sebesar 50 tael perak. 

Kemudian, tradisi menempel aksara HOK dengan terbalik tersebar dari istana pangeran ke dalam masyarakat luas.

Kisah ketiga berhubungan dengan Ratu Cixi, pada tahun pemerintahan Kaisar Qing Guangxu  (1875-1908), lunar bulan 12 hari ke-24, para akademisi dari Akademi Kekaisaran Hanlin, seperti biasanya akan menulis banyak banner Imlek untuk diseleksi Ratu Cixi.

Ratu Cixi merasa aneh kenapa justru aksara HOK yang tidak ada, sehingga merasa tidak senang, menitahkan agar para akademisi setelah selesai menulis aksara HOK barulah kembali menghadapnya.  

Kemudian dari setumpuk lembaran kertas bertuliskan aksara HOK, Ratu Cixi memilih keluar selembar aksara HOK yang ditulis begitu bagusnya, kemudian memerintahkan kepala pengurus istana Li Lian-ying supaya membawa para kasim menempel aksara Hok di berbagai ruangan di dalam istana. Siapa yang menduga ternyata ada seorang kasim yang tidak mengenal huruf, sehingga menempel aksara HOK dengan terbalik.

Keesokan harinya, Ratu Cixi menelusuri istana menikmati banner Imlek dan aksara HOK, kebetulan menemukan aksara HOK yang ditempel terbalik, Li Lian-ying yang cepat tanggap, segera berkata : “Lao Fo Ye (gelar Ratu Ci Xi) jangan marah, hamba yang sengaja menempelnya sedemikian rupa. Aksara HOK yang terbalik ini mengandung makna berkah jatuh, bukankah ini adalah tanda baik?” 

Setelah mendengarnya, amarah Ratu Cixi berubah jadi gembira, bukan saja tidak menghukum kasim buta aksara tersebut, bahkan menghadiahkannya beberapa tael perak.

Momen menjelang datangnya Imlek yang dirayakan setahun sekali, dengan memahami legenda asal usul aksara HOK, merasakan bahwa dibalik aksara HOK terdapat daya pikat budaya dan nuansa Imlek yang kental, selain belajar menempel aksara HOK dengan benar, juga merupakan pewarisan budaya dan tradisi Imlek secara turun temurun.

Tak peduli aksara HOK ditempel secara benar atau terbalik, sebuah aksara HOK yang sederhana, telah menjadi simbol nan murni dari perayaan Imlek, yang telah mencakup seluruh pola pikir kehidupan dari Bangsa Tionghoa, agar seluruh manusia menempelnya dan merasakan kegembiraan, menerima kesejahteraan memasuki sukacita, berkah jatuh hartapun berlimpah, keberuntungan senantiasa mengikuti.
  




火紅的春節,少不了“福”字,很多人要寫“福”字,家家戶戶要貼“福”字,希望新的一年福氣多多。“福”字左邊偏旁“礻”表“示”意,右邊 “一、口、田”,《說文》中“一”是“房樑”,“口”是“人口”,“田”是有田有買賣。一個“福”字,意蘊豐富,年味濃濃,包含著中華民族生活情感與追求 的全部和極致。

相傳,春節貼“福”之風起源於周朝初姜太公封神之時。當各路神仙都分派妥當之後,姜太公那醜陋、粗俗的老婆也伸出手來討要神位。姜太公無奈,便 把她封為“窮神”,並規定凡是貼了“福”字的地方都不能去。於是,每到過年之時,老百姓便家家戶戶張貼“福”字,燃放鞭炮,驅趕這位不受歡迎的“窮神”。

現存春節貼“福”最早的文字記載,出自宋代吳自牧的《夢梁錄》,可以追溯到古代的桃符和宜春貼。據《夢梁錄》記載:“歲旦在邇,席鋪百貨,畫門 神桃符,迎春牌兒……”;“士庶家不論大小,俱灑掃門閭,去塵穢,凈庭戶,換門神,挂鐘旭,釘桃符,貼春牌,祭把祖宗”。文中的“貼春牌”即是寫在紅紙上 的“福”字。由此可知,貼福字的風俗,至少從南宋已經開始,歷史可謂悠久。

據載,古人大門上的“福”字,從來都是正貼的,所貼“福”字也是鄭重不阿、端莊大方。倒貼“福”字的情況也有,但多用在兩個地方:一為水缸和土 箱子(即垃圾箱)上,二是為屋內的櫃子上。目的是為了避諱,用“福至”來抵消“福去”。現今人們過年時不約而同地把“福”字倒貼,取其“倒”和“到”的諧 音,意為“福到”,實則是個將錯就錯的“口彩”,源於民間流傳的三種有趣傳說:

一說與朱元璋有關。相傳朱元璋打算用“福”字作暗記殺人。好心的馬皇后為消除災禍,就令全城大小人家在天明之前在自家門上各貼上一個“福”字。 朱元璋第二天下令的時候,發現家家都貼了“福”字,無法辨明哪是要殺的人。但有戶人家不識字,竟然把“福”字貼倒了。朱元璋便下令將倒貼福字的一家人立即 處死。馬皇后一看事情不好,靈機一動,說:“人家知道您今日來訪,故意把福字貼倒了,這不是‘福到’的意思嗎?”朱元璋一聽覺得有道理,便下令放人,一場 大禍終於消除。從此人們便將福字倒貼起來,一為求吉利,二為紀念馬皇后。

二說與恭親王有關。某年除夕,大管家按例寫了幾個斗大的“福”字,叫人貼在王府的大門上。有個家丁目不識丁,竟將“福”字頭朝下貼上。恭親王福 晉十分氣惱,欲鞭罰懲戒。大管家見狀忙跪倒陳述:“奴常聽人說,恭親王壽高福大,如今大福真的到(倒)了,乃喜慶之兆。”恭親王一聽,覺得言之在理,心 想:怪不得過往行人都說恭親王福到(倒)了,吉語說千遍,金銀增萬貫。於是轉怒為喜,各賞管家和家丁50兩銀子。後來,倒貼“福”字之俗由達官府第傳入陌 巷人家,貼過後都願過往行人或頑童們念叨“福倒了!福倒了!”以圖吉利。

三說與慈禧太后有關。清光緒某年臘月二十四,翰林院的翰林們遵照舊例寫了不少慶賀春節的對聯送慈禧太后過目。太后見其中連個“福”字都沒有,一 點都不高興,要求翰林們回去各寫幾個“福”字再來交差。隨後,太后從一大堆“福”字中挑了幾張寫得好的,讓大內總管李蓮英帶著太監到宮內各處張貼。誰知有 個太監不識字,把一個“福”字貼倒了。第二天,太后出來欣賞對聯和“福”字,正巧看到,剛要發怒,腦子轉得快的李蓮英急忙上前說:“老佛爺請息怒,這是奴 才有意把它倒著貼的。這‘福’字倒貼,就是‘福’倒了。福到了,不是大吉大利嗎?”慈禧聽後,轉怒為喜,不但沒懲罰那個太監,還賞了他幾兩銀子。

  在一年一度的春節來臨之際,了解一下春節貼“福”的由來與傳說,感悟“福”字中的文化魅力和濃濃年味,學會張貼“福”字正確方法,也是對傳統文 化和過年風俗的一種傳承和弘揚。無論城裏還是鄉下,也不論正貼還是倒貼,一個簡簡單單的“福”字,已成為最純粹最深切的春節符號,包含了中華民族全部的生 活理想,讓所有的人都貼而樂之,納祥進喜、福到財到、大吉大利。
(責任編輯:轉載)